Senin, 14 April 2014

"Monolog Kecil Perjalan"


Bandar Lampung. Feb, 7th 2014. 10:04 WIB

Semua barang sudah dikemas.
Pakaian pun sudah masuk dalam tas.
Tak mampu membendung akan rasa puas.
Kami pun cepat saja untuk bergegas.

Dua orang manusia-Aku dan seorang teman satu Institusi akan mengunjungi sebuah tempat yang terletak jauh di sebelah timur pulau Jawa. “Kampung Inggris” namanya. Mungkin semua orang berfikir pada satu titik kesimpulan. “Kampung”-Pemandangan alam yang indah, derasnya suara aliran sungai yang mengalir, atau bahkan suara decitan burung-burung yang menyambut hangatnya suasana di pagi hari. “Inggris”-dimana banyak tersebar manusia-manusia asing yang disebut-sebut sebagai londo bermukim di tempat tersebut untuk mengajarkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar kepada berbagai warga pendatang dari seluruh Indonesia.

Sebuah persepsi memang hanya ada dalam jati diri. Realita pun kini tak sebanding dengan ekspektasi.

Tak dapat dipungkiri bahwa hal semacam itu memang jarang sekali ditemukan di zaman ini. Sebuah institusi ternama pun sudah mulai membangun suatu kemajuan yang dapat terbilang signifikan untuk sebuah tempat wisata berbasis edukasi.

Larut dalam sebuah perjalanan. Berawal dengan Bus Ekonomi yang sejak tadi telah berjejer rapi menunggu kedatangan kedua orang laki-laki yang akan menuju sebuah pelabuhan besar yang terletak di penghujung pulau Sumatera. Berbekal tekad, niat, dan pengetahuan yang minim akan sebuah perjalanan, mereka paksakan untuk tetap melanjutkan perjalanan.

30 menit sudah bus itu berjalan-kadang melambat, kadang dipercepat. Dan kini ku tak kuat lagi untuk menahan rasa kantuk. Lalu kedua mata pun perlahan-lahan mulai terkatup. Deru mesin yang semula bising pun kini hanya terdengar sayup-sayup.

12.30 bus berhenti. Menandakan berakhirnya sebuah perhentian untuk sebuah perjalanan menuju pelabuhan Bakauheni. Tepat di depan mata, berdiri sebuah kedai dengan beragam hidangan yang mampu memanjakan mata-menarik, mengajak untuk bersinggah sekedar untuk melepas lelah. Tanpa berkompromi, kami hampiri saja dengan senang hati.

Cress…
Suara korek api mulai menyulut sebuah batang. Batang yang sering diisap oleh kalangan para bujang. Tak lama kemudian kepulan asap mulai memenuhi ruangan, dan kami pun mulai menikmati isapan demi isapan.

Berlanjut dalam sebuah perjalanan. Suasana malam kali ini terasa sangat dingin, lebih dingin dari malam-malam biasanya. Angin laut yang berhembus dari selat sunda, mengantarkan rinai hujan yang menerpa muka. Membilas, membasuh wajah kedua insan yang terasa lelah akan beban berat yang dipikul di kedua bahu hingga saat ini.

Kawan…
Jangan kau lemah, dan jangan menyerah.
Mungkin esok hari akan lebih cerah.
Karena ini baru hari pertama.
Bukan akhir dari perjalanan kita
***
February, 8th 2014
Tubuh ini masih mencari-belum menemukan tempat yang tepat untuk melepas rasa lelah dan gelisah. Di pesisir pelabuhan dekat rumah penduduk kota, berdiri sebuah surau. Mungkin menjadi tempat persinggahan yang tepat untuk melakukan peristirahatan sementara.

Air sudah membasuh wajah sejak tadi. Suara adzan mulai menggema-mengalahkan bisingnya deru suara mesin dan klakson kapal-kapal di laut samudera. Lalu merdeka!

Satu jam sudah terasa sangat cukup untuk memulihkan tenaga yang terkuras selama beberapa jam yang telah dihabiskan sebelumnya. Destinasi selanjutnya kini menuju sebuah stasiun kereta di tengah Ibu kota Jakarta. Penat, bosan, dan jenuh yang dirasakan selama 14 jam perjalanan duduk diatas kuda besi, terbayar dengan suguhan pemandangan alam menakjubkan. Padi yang terhampar sepanjang jalan-mulai merunduk dan menguning, gunung dan bukit hijau pun juga tak kalah mengkokohkan dirinya.

“Cuci mata cuk?”   seorang teman berkata menirukan logat Jawa Timur yang khas.

Lalu kubalas dengan senyum tipis.
Ternyata bukan hanya aku yang menikmati pemandangan indah ini. Mungkin segelintir orang di kereta ini pun ikut menikmati anugerah dari-Nya.

***

February, 9th 2014
Semua rasa telah terbalaskan..
Semua beban telah terbebaskan..

Pukul 3:12 pagi, tepat kedua kaki telah berpijak di sebuah kota di timur pulau Jawa. Singgah sejenak di sebuah kedai dekat alun-alun kota untuk menikmati dinginnya malam di kota Kediri bersama hangatnya secangkir kopi. Berbagi canda dan tawa walau lelah terasa, bersama seorang teman yang setia menemani kemana langkah kaki akan membawa.

Perjalanan panjang dua hari dua malam kini terhenti pada sebuah institusi. Cukup menarik, tepat di depannya tertulis “Spesialis Terapi Ngomong Inggris + Pendongkrak PD” terlihat disekelilingnya pun berjajar institusi-institusi lain yang menawarkan jasa yang sama, dengan metode yang berbeda.

Dimanakah gunung-gunung yang terhampar luas? Dimanakah aliran sungai yang mengalir deras? Dimanakah suara burung-burung yang mencicit keras, menyambut akan datangnya pagi hari dikampung ini? Dimanakah? Dimanakah kalian berada?

Kembali, sebuah persepsi memang hanya ada dalam jati diri. Realita pun kini tak sebanding dengan ekspektasi. Ekspektasi yang sangat kami idam-idamkan untuk menjauh dari suasana penatnya kota, mencari suasana berbeda, menghirup udara yang belum tercemar oleh pekerjaan manusia. Semuanya kini pupus lah sudah.

Sedikit kecewa, mencoba untuk berlapang dada, namun apa lah daya, manusia yang tak bisa berbuat apa-apa. Tapi tak apa, kucoba untuk percaya dengan semua kejadian yang ada. Karena setiap kejadian pasti ada tujuan dari-Nya.

***

Camp 4. Sebuah penginapan yang disuguhkan institusi ini. Disebut juga sebagai jungle camp karena letaknya yang cukup dekat dengan hutan. Yah, tak apa, setidaknya ekspektasi akan alam sedikit terpenuhi dari tempat ini.





Tepat didepan gerbang, tertera tulisan yang menyambut dengan hangat. “Welcome To Jungle Studio, Girls Only” seketika fikiran dibenak bergejolak. “apakah ini penginapan untuk perempuan? Sedangkan kami ini…” tak lama kami mematung, seorang pria cukup dewasa menegur, tersenyum, dan mempersilahkan kami untuk segera masuk kedalam kamar yang telah tersedia. Pria itu  adalah seorang tutor yang memang bertugas di camp.

Huffttt… ternyata….

Di kamar itu sudah ada seorang pria yang tertidur pulas. Pria dewasa tadi mencoba mebangunkan, dan mencoba memperkenalkan kami dengannya.

“Gobel…” ujarnya.

Gobel? Nama yang cukup asing dan aneh terdengar di telinga. Satu jam berlalu, dan aku pun cukup mengenalinya. Seorang dancer yang datang dari Ibukota, dan kuliah dibidang perhotelan di daerah Jakarta.

Tak lama dari itu seluruh penghuni hutan (Baca: Camp 4) telah kembali menuju selter.



Muhammad Khahar, pria kecil berbaju putih (kanan). Datang dari Makassar bersama kedua orang temannya, Syahrul (pria berkacamata dengan kaos polo-shirt bergaris vertikal) dan Afdal (Pria berbaju putih memegang pundak seorang pria berbaju garis hitam-putih horizontal) sangat mencintai kepercayaan yang dipeluknya, ingin menjadi seorang tentara untuk masa depannya, lalu berjihad dijalan-Nya. Itu yang dikatakan olehnya.

Kemudian, seorang pria cukup matang (berkemeja biru muda), bernama Andi Hendrawan. Tak ingin dipanggil Andi atau Hendra. “Just call me Ade” katanya. Datang dari Jakarta dan mempunyai cita-cita untuk pergi ke Negara teromantis, Perancis.
Imam (Pria berbaju putih dengan tangan dikepal, berdiri tepat disebelah kiri Ade) tak tahu asal-usulnya. Nyaman diajak untuk menjadi lawan bicara, sehingga mungkin aku tak sempat bertanya tentang aslnya.

Lalu Fajar (Pria berjaket hitam, berlist merah), Mahasiswa asal Balikpapan, tinggal di Malang untuk melanjutkan study-nya. Pria yang mempunyai selera humor cukup baik. Selalu menyinggung bahwa Gobel adalah adiknya Dipo.

Selanjutnya Habib (Pria berkacamata tepat berdiri diantara Afdal dan Fajar) adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Akutansi Negara, berasal dari tanah Sumatera Utara. Datang dari Medan menuju Pare untuk dapat menguasai bahasa Inggris, karena ia berharap kelak dapat menjadi ahli perpajakan dunia.

Afdal alias Afdhol alias Af, datang dari Makassar bersama khahar dan Syahrul Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris datang dari ranah Sulawesi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggrisnya. Suatu saat dia akan menjadi seorang guru Bahasa Inggris untuk anak didiknya.

Farizky Mulyawarman as Abang Rizky. Pria bertubuh subur, datang dari ranah Ibukota, Jakarta, seorang asisten dosen yang mengajar di bidang perhotelan. Tak tahu akan menjadi apa, Multi-talented tepatnya. sangat tepat bila ia menjadi seorang koki handal untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya yang subur luar biasa.

Hafif as Apip (Pria berbaju hitam, berdiri tepat disebelah bang Rizky), Pria berkulit sawo matang yang tak kalah suburnya dengan Farizky Mulyawarman.  Mahasiswa Universitas Malang semester 4.

Syahrul (pria berkacamata dengan kaos polo-shirt bergaris vertikal) sangat bersahabat ketika berbicara menggunakan aksen khas timurnya. Merupakan Mahasiswa Universitas Negeri Islam Sulawesi yang gemar sekali mengambil objek dengan kamera pocket yang selalu menggelayuti tangan kanannya.

Dasa Septi Angga (Pria berbaju biru, kiri) terlahir di kota Liwa, Lampung Barat. Seorang mahasiswa Sastra Inggris, bersama temannya menuju Kampung Inggris untuk menikmati pemandangan alam nan-romantis. Kadang fikirannya skeptis, kadang teorinya optimis. Seorang sahabat, tempat dimana pandangan-pandangan berbeda bertemu, bepadu menjadi satu.

Selanjutnya Irwan, mahasiswa kota kembang, datang dari jawa bagian barat bersama temannya Rusyad-Manusia paling kocak di Jungle Camp.

Seviko Yolanda (Pria berbaju hitam dengan tangan kiri yang menyimbolkan metalisme) Mahasiswa dalam bidang minyak dan gas bumi Universitas Negeri Bandung. Usutnya, Seviko atau yang sering dipanggil Yolan ternyata berasal dari ranah Lampung pula.

Last but not least, Nori (Pria berbaju hitam-duduk) seorang calon pelaut. Suatu saat nanti akan mengarungi samudera dengan pelaut lain dari berbagai belahan dunia. Itulah mimpinya!



This is Us! Jungle Camp

Wajah-wajah baru yang datang dari berbagai belahan penjuru kota, berbagai suku dan ras yang berbeda. Dipersatukan untuk menjadi sebuah keluarga. Keluarga yang baru saja mulai dibina.

***

Ghozali as Godzilla, tutor asal kota Bogor. Mereka biasa memanggilnya dengan sebutan Uncle Goji, sebab banyak orang memanggilnya dengan om. Dikarenakan om dalam bahasa inggris adalah Uncle, maka ia dipanggil dengan Uncle Gojira atau disingkat Uncle Goji. Wajah datar tanpa ekspresi dan rambut ikal yang terurai bak tentakel gurita yang membuatnya dikenang banyak orang.








Missty as Dora, tutor asal kota Tenggarong, Kalimantan. Suatu saat akan menjadi guru di kota asalnya. Seseorang yang cukup bisa beradaptasi dengan cepat dengan para member karena jiwa sosialnya yang cukup tinggi. Mempunyai banyak rahasia yang belum orang ketahui. apa itu? Hanya dia yang tahu.










Arta Harta Semesta as Sista, tutor asal kota Bandung, lulus dari desain grafis dan menjadi tutor di kota Pare, Tutor cerewet yang selalu memberikan motivasi sarkastik untuk para membernya agar lebih bersemangat dalam meraih mimpi mereka. 
“Chicken Run!”








***

February, 24th 2014

Setelah dua minggu dilewati, canda, tawa, pun kesedihan serta kekhawatiran yang melanda akibat membuncahnya Gunung Kelud di daerah jawa. Semuanya terlalu cepat berlalu, terlalu cepat perjumpaan yang berakhir, terlalu cepat untuk saling menyelami, sungguh… terlalu cepat ini semua.

Kami harus kembali ke daerah asal masing-masing, kembali menjalani rutinitas seperti biasa, mengerjakan sekelumit urusan dunia yang tiada habisnya. Memang sebenarnya Kampung Inggris sama sekali tidak seperti yang kami harapkan. Terkadang sesuatu yang belum diharapkan justru lebih indah dari yang diharapkan.


“Don’t You Give Up, Keep Your Chin Up, and Keep in Touch Guys!” 
Tetap semangat untuk meraih mimpi-mimpi kalian!


Dream Board




Photo Collections:


Sepeda Sewaan 

 Bang Rizky Vs Fajar

 Team Futsal Jungle Camp

 Pagi Hari Pasca Kelud

 Suasana Jalan Brawijaya Pasca Kelud

 Maling Sendal!

 Asisten Rumah Tangga Jungle Camp

 Farewell Party Preparation

Farewell Party!

Makan Besar!

Nikita's Birthday!

Habis Main Dedek Bayi!

Farewell Photo (Tic-Talk)

Farewell Photo (Go Go Talk) 1

 Farewell Photo (Go Go Talk) 2

Farewell Photo (Speak Up 2)

0 komentar:

Posting Komentar

Pageviews

BisikanAlamRaya@2014. Diberdayakan oleh Blogger.