Bandar
Lampung. Feb, 7th 2014. 10:04 WIB
Semua barang sudah dikemas.
Pakaian pun sudah masuk dalam tas.
Tak mampu membendung akan rasa puas.
Kami pun cepat saja untuk bergegas.
Dua orang manusia-Aku dan seorang teman satu Institusi akan mengunjungi
sebuah tempat yang terletak jauh di sebelah timur pulau Jawa. “Kampung Inggris”
namanya. Mungkin semua orang berfikir pada satu titik kesimpulan.
“Kampung”-Pemandangan alam yang indah, derasnya suara aliran sungai yang
mengalir, atau bahkan suara decitan burung-burung yang menyambut hangatnya
suasana di pagi hari. “Inggris”-dimana banyak tersebar manusia-manusia asing
yang disebut-sebut sebagai londo bermukim
di tempat tersebut untuk mengajarkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar kepada berbagai warga pendatang dari seluruh
Indonesia.
Sebuah persepsi memang hanya ada
dalam jati diri. Realita pun kini tak sebanding dengan ekspektasi.
Tak dapat dipungkiri bahwa hal semacam itu memang jarang sekali
ditemukan di zaman ini. Sebuah institusi ternama pun sudah mulai membangun
suatu kemajuan yang dapat terbilang signifikan untuk sebuah tempat wisata
berbasis edukasi.
Larut dalam sebuah perjalanan. Berawal dengan Bus Ekonomi yang sejak
tadi telah berjejer rapi menunggu kedatangan kedua orang laki-laki yang akan
menuju sebuah pelabuhan besar yang terletak di penghujung pulau Sumatera.
Berbekal tekad, niat, dan pengetahuan yang minim akan sebuah perjalanan, mereka
paksakan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
30 menit sudah bus itu berjalan-kadang
melambat, kadang dipercepat. Dan kini ku tak kuat lagi untuk menahan rasa kantuk.
Lalu kedua mata pun perlahan-lahan mulai terkatup. Deru mesin yang semula
bising pun kini hanya terdengar sayup-sayup.
12.30 bus berhenti. Menandakan berakhirnya sebuah perhentian untuk
sebuah perjalanan menuju pelabuhan Bakauheni. Tepat di depan mata, berdiri
sebuah kedai dengan beragam hidangan yang mampu memanjakan mata-menarik,
mengajak untuk bersinggah sekedar untuk melepas lelah. Tanpa berkompromi, kami
hampiri saja dengan senang hati.
Cress…
Suara korek api mulai menyulut sebuah batang. Batang yang sering diisap
oleh kalangan para bujang. Tak lama kemudian kepulan asap mulai memenuhi
ruangan, dan kami pun mulai menikmati isapan demi isapan.
Berlanjut dalam sebuah perjalanan. Suasana malam kali ini terasa sangat
dingin, lebih dingin dari malam-malam biasanya. Angin laut yang berhembus dari
selat sunda, mengantarkan rinai hujan yang menerpa muka. Membilas, membasuh
wajah kedua insan yang terasa lelah akan beban berat yang dipikul di kedua bahu
hingga saat ini.
Kawan…
Jangan kau lemah, dan jangan
menyerah.
Mungkin esok hari akan lebih cerah.
Karena ini baru hari pertama.
Bukan akhir dari perjalanan kita
***
February, 8th 2014
Tubuh ini masih mencari-belum menemukan tempat yang tepat untuk melepas
rasa lelah dan gelisah. Di pesisir pelabuhan dekat rumah penduduk kota, berdiri
sebuah surau. Mungkin menjadi tempat persinggahan yang tepat untuk melakukan
peristirahatan sementara.
Air sudah membasuh wajah sejak tadi. Suara adzan mulai
menggema-mengalahkan bisingnya deru suara mesin dan klakson kapal-kapal di laut
samudera. Lalu merdeka!
Satu jam sudah terasa sangat cukup untuk memulihkan tenaga yang terkuras
selama beberapa jam yang telah dihabiskan sebelumnya. Destinasi selanjutnya
kini menuju sebuah stasiun kereta di tengah Ibu kota Jakarta. Penat, bosan, dan
jenuh yang dirasakan selama 14 jam perjalanan duduk diatas kuda besi, terbayar
dengan suguhan pemandangan alam menakjubkan. Padi yang terhampar sepanjang
jalan-mulai merunduk dan menguning, gunung dan bukit hijau pun juga tak kalah
mengkokohkan dirinya.
“Cuci mata cuk?” seorang teman berkata menirukan
logat Jawa Timur yang khas.
Lalu kubalas dengan senyum tipis.
Ternyata bukan hanya aku yang menikmati pemandangan indah ini. Mungkin
segelintir orang di kereta ini pun ikut menikmati anugerah dari-Nya.
***
February, 9th 2014
Semua rasa telah terbalaskan..
Semua beban telah terbebaskan..
Pukul 3:12 pagi, tepat kedua kaki telah berpijak di sebuah kota di timur
pulau Jawa. Singgah sejenak di sebuah kedai dekat alun-alun kota untuk
menikmati dinginnya malam di kota Kediri bersama hangatnya secangkir kopi.
Berbagi canda dan tawa walau lelah terasa, bersama seorang teman yang setia
menemani kemana langkah kaki akan membawa.
Perjalanan panjang dua hari dua malam kini terhenti pada sebuah
institusi. Cukup menarik, tepat di depannya tertulis “Spesialis Terapi Ngomong Inggris + Pendongkrak PD” terlihat
disekelilingnya pun berjajar institusi-institusi lain yang menawarkan jasa yang
sama, dengan metode yang berbeda.
Dimanakah gunung-gunung yang
terhampar luas? Dimanakah aliran sungai yang mengalir deras? Dimanakah suara
burung-burung yang mencicit keras, menyambut akan datangnya pagi hari dikampung
ini? Dimanakah? Dimanakah kalian berada?
Kembali, sebuah persepsi memang hanya ada dalam jati diri. Realita pun
kini tak sebanding dengan ekspektasi. Ekspektasi yang sangat kami idam-idamkan
untuk menjauh dari suasana penatnya kota, mencari suasana berbeda, menghirup
udara yang belum tercemar oleh pekerjaan manusia. Semuanya kini pupus lah
sudah.
Sedikit kecewa, mencoba untuk
berlapang dada, namun apa lah daya, manusia yang tak bisa berbuat apa-apa. Tapi
tak apa, kucoba untuk percaya dengan semua kejadian yang ada. Karena setiap
kejadian pasti ada tujuan dari-Nya.
***
Camp 4. Sebuah penginapan yang disuguhkan institusi ini. Disebut juga
sebagai jungle camp karena letaknya
yang cukup dekat dengan hutan. Yah, tak apa, setidaknya ekspektasi akan alam
sedikit terpenuhi dari tempat ini.
Tepat didepan gerbang, tertera tulisan yang menyambut dengan hangat. “Welcome To Jungle Studio, Girls Only” seketika
fikiran dibenak bergejolak. “apakah ini penginapan untuk perempuan? Sedangkan
kami ini…” tak lama kami mematung, seorang pria cukup dewasa menegur, tersenyum,
dan mempersilahkan kami untuk segera masuk kedalam kamar yang telah tersedia.
Pria itu adalah seorang tutor yang
memang bertugas di camp.
Huffttt… ternyata….
Di kamar itu sudah ada seorang pria yang tertidur pulas. Pria dewasa
tadi mencoba mebangunkan, dan mencoba memperkenalkan kami dengannya.
“Gobel…” ujarnya.
Gobel? Nama yang cukup asing dan aneh terdengar di telinga. Satu jam
berlalu, dan aku pun cukup mengenalinya. Seorang dancer yang datang dari
Ibukota, dan kuliah dibidang perhotelan di daerah Jakarta.
Tak lama dari itu seluruh penghuni hutan (Baca: Camp 4) telah kembali
menuju selter.
Muhammad Khahar, pria kecil berbaju putih (kanan). Datang dari Makassar bersama
kedua orang temannya, Syahrul (pria berkacamata dengan kaos polo-shirt bergaris
vertikal) dan Afdal (Pria berbaju putih memegang pundak seorang pria berbaju
garis hitam-putih horizontal) sangat mencintai kepercayaan yang dipeluknya, ingin
menjadi seorang tentara untuk masa depannya, lalu berjihad dijalan-Nya. Itu
yang dikatakan olehnya.
Kemudian, seorang pria cukup matang (berkemeja biru muda), bernama Andi
Hendrawan. Tak ingin dipanggil Andi atau Hendra. “Just call me Ade” katanya.
Datang dari Jakarta dan mempunyai cita-cita untuk pergi ke Negara teromantis,
Perancis.
Imam (Pria berbaju putih dengan tangan dikepal, berdiri tepat disebelah
kiri Ade) tak tahu asal-usulnya. Nyaman diajak untuk menjadi lawan bicara,
sehingga mungkin aku tak sempat bertanya tentang aslnya.
Lalu Fajar (Pria berjaket hitam, berlist merah), Mahasiswa asal
Balikpapan, tinggal di Malang untuk melanjutkan study-nya. Pria yang mempunyai
selera humor cukup baik. Selalu menyinggung bahwa Gobel adalah adiknya Dipo.
Selanjutnya Habib (Pria berkacamata tepat berdiri diantara Afdal dan
Fajar) adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Akutansi Negara, berasal dari tanah
Sumatera Utara. Datang dari Medan menuju Pare untuk dapat menguasai bahasa
Inggris, karena ia berharap kelak dapat menjadi ahli perpajakan dunia.
Afdal alias Afdhol alias Af, datang dari Makassar bersama khahar dan Syahrul
Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris datang dari ranah Sulawesi untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa inggrisnya. Suatu saat dia akan menjadi
seorang guru Bahasa Inggris untuk anak didiknya.
Farizky Mulyawarman as Abang Rizky. Pria bertubuh subur, datang dari ranah
Ibukota, Jakarta, seorang asisten dosen yang mengajar di bidang perhotelan. Tak
tahu akan menjadi apa, Multi-talented tepatnya.
sangat tepat bila ia menjadi seorang koki handal untuk memenuhi kebutuhan
tubuhnya yang subur luar biasa.
Hafif as Apip (Pria berbaju hitam, berdiri tepat disebelah bang Rizky),
Pria berkulit sawo matang yang tak kalah suburnya dengan Farizky Mulyawarman. Mahasiswa Universitas Malang semester 4.
Syahrul (pria berkacamata dengan kaos polo-shirt bergaris vertikal) sangat
bersahabat ketika berbicara menggunakan aksen khas timurnya. Merupakan
Mahasiswa Universitas Negeri Islam Sulawesi yang gemar sekali mengambil objek
dengan kamera pocket yang selalu menggelayuti tangan kanannya.
Dasa Septi Angga (Pria berbaju biru, kiri) terlahir di kota Liwa,
Lampung Barat. Seorang mahasiswa Sastra Inggris, bersama temannya menuju Kampung
Inggris untuk menikmati pemandangan alam nan-romantis. Kadang fikirannya skeptis, kadang teorinya optimis.
Seorang sahabat, tempat dimana pandangan-pandangan berbeda bertemu, bepadu
menjadi satu.
Selanjutnya Irwan, mahasiswa kota kembang, datang dari jawa bagian barat
bersama temannya Rusyad-Manusia paling kocak di Jungle Camp.
Seviko Yolanda (Pria berbaju hitam dengan tangan kiri yang menyimbolkan
metalisme) Mahasiswa dalam bidang minyak dan gas bumi Universitas Negeri
Bandung. Usutnya, Seviko atau yang sering dipanggil Yolan ternyata berasal dari
ranah Lampung pula.
Last but not least, Nori (Pria berbaju hitam-duduk) seorang calon
pelaut. Suatu saat nanti akan mengarungi samudera dengan pelaut lain dari
berbagai belahan dunia. Itulah mimpinya!
This is Us! Jungle Camp
Wajah-wajah baru yang datang dari
berbagai belahan penjuru kota, berbagai suku dan ras yang berbeda. Dipersatukan
untuk menjadi sebuah keluarga. Keluarga yang baru saja mulai dibina.
***
Ghozali as Godzilla, tutor asal kota Bogor. Mereka
biasa memanggilnya dengan sebutan Uncle Goji, sebab banyak orang memanggilnya
dengan om. Dikarenakan om dalam bahasa inggris adalah Uncle, maka ia dipanggil
dengan Uncle Gojira atau disingkat Uncle Goji. Wajah datar tanpa ekspresi dan
rambut ikal yang terurai bak tentakel gurita yang membuatnya dikenang banyak orang.
Missty as Dora, tutor asal kota Tenggarong, Kalimantan. Suatu saat akan menjadi guru di kota asalnya. Seseorang yang cukup bisa beradaptasi dengan cepat dengan para member karena jiwa sosialnya yang cukup tinggi. Mempunyai banyak rahasia yang belum orang ketahui. apa itu? Hanya dia yang tahu.
Arta Harta Semesta as Sista, tutor asal kota Bandung, lulus dari desain grafis dan menjadi tutor di kota Pare, Tutor cerewet yang selalu memberikan motivasi sarkastik untuk para membernya agar lebih bersemangat dalam meraih mimpi mereka.
“Chicken Run!”
***
February, 24th 2014
Setelah dua minggu dilewati, canda, tawa, pun kesedihan serta
kekhawatiran yang melanda akibat membuncahnya Gunung Kelud di daerah jawa. Semuanya
terlalu cepat berlalu, terlalu cepat perjumpaan yang berakhir, terlalu cepat
untuk saling menyelami, sungguh… terlalu cepat ini semua.
Kami harus kembali ke daerah asal masing-masing, kembali menjalani
rutinitas seperti biasa, mengerjakan sekelumit urusan dunia yang tiada
habisnya. Memang sebenarnya Kampung Inggris sama sekali tidak seperti yang kami
harapkan. Terkadang sesuatu yang belum diharapkan justru lebih indah dari yang
diharapkan.
“Don’t You Give Up, Keep Your Chin Up, and Keep in Touch Guys!”
Tetap
semangat untuk meraih mimpi-mimpi kalian!
Dream Board
Photo Collections:
Sepeda Sewaan
Bang Rizky Vs Fajar
Team Futsal Jungle Camp
Pagi Hari Pasca Kelud
Suasana Jalan Brawijaya Pasca Kelud
Maling Sendal!
Asisten Rumah Tangga Jungle Camp
Farewell Party Preparation
Farewell Party!
Makan Besar!
Nikita's Birthday!
Habis Main Dedek Bayi!
Farewell Photo (Tic-Talk)
Farewell Photo (Go Go Talk) 1
Farewell Photo (Go Go Talk) 2
Farewell Photo (Speak Up 2)
0 komentar:
Posting Komentar