Minggu, 01 Juni 2014

"Metamorfosa"


Seperti kupu-kupu...
Menari diatas bunga yang bermekaran.
Meliuk di terpa hembusan alam,
Menciptakan gerakan yang lemah gemulai.

Seperti kupu-kupu...
Menari diatas bunga yang mulai tumbuh ditaman.
Warna warni yang terpantul oleh mentari
Menjadikannya perwujudan Mahakarya Tuhan.


Indah dan mempesona.


Makhluk itu kini telah bebas hinggap dimanapun ia suka. Semua tumbuhan pun kini mengharapkanya singgah di shelter mereka untuk sekedar mencicipi serbuk sari yang mereka punya, tentu saja dengan pengharapan timbal balik darinya.

Tapi kawan..
Tahukah engkau apa yang ia lakukan untuk menuju sebuah pencapaian?

Tak, itu tak seperti yang kau bayangkan.
Mana ada kupu-kupu yang punya warisan?!
Mana ada kupu-kupu yang dari lahir langsung menjadi kupu-kupu yang indah?!

Yang kutahu dunia ini tak ada hal yang benar-benar instant, sekalipun mie instant tak dapat dibilang instant.

Dahulu ia hanya sebuah telur yang tak berdaya, rapuh, dan terombang-ambing  oleh deru angin. Kemudian menetas menjadi ulat yang tertatih untuk melangkah, dan dicaci tiap tumbuhan yang di temuinya. Tersadar hidupnya belum berakhir sampai disitu, tapi bayangan pencapaian yang ia cita-citakan untuk dapat terbang lepas. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah pohon untuk berkontemplasi- menyendiri dalam wujud sebuah kepompong. Bukan pasrah, melainkan merenungkan makna kehidupan, dan mencari sebuah pilihan dari sekian opsi untuk dilakukan.

Setelah segala perjuangan untuk bertahan dan meyakinkan diri akan sebuah pencapaian, ia terbangun dan bangkit untuk merentangkan sayapnya. tak ayal, sekali lagi ia harus tertatih untuk itu. Sayapnya yang masih basah pun harus di keringkan di bawah mentari Ia tak perduli walaupun panas terik menyengat tubuhnya, ia sadar bahwa selangkah lagi lah titik puncak pencapaiannya 

Akhirnya saat itu muncul juga, yaitu saat menjadi kupu-kupu yang sempurna-mencapai puncak perubahan yang dinantikan. Ia berubah menjadi mahluk yang indah dan menjadi perhatian sekitarnya, sekalipun banyak mata memerhatikan ia tersadar bahwa ia hanya berasal dari seekor ulat lemah yang tak berdaya.

"Semua ciptaan berhak memperjuangkan eksistensinya, sekalipun itu hanya seekor ulat yang bau tengik!" ujarnya. 

Kemudian ia terbang melintasi sebuah taman dan menemukan seekor ulat yang menunggangi segerombolan semut merah.

0 komentar:

Posting Komentar

Pageviews

BisikanAlamRaya@2014. Diberdayakan oleh Blogger.