“Sepertinya aku harus mengakui, bahwa aku sudah
kalah pada keraguan.
Debar dadaku kini sudah lupa pada detak, juga pada
denting jam dinding kamar ini.
Tempat para seniman mencari inspirasi untuk
sebuah apresiasi.
Aku juga sudah mencoba dengan lambat melupakan
gelegat jantan pahlawan
yang dipuja banyak penyair
Sehingga tak ada lagi mimpi yang mesti kupertanyakan
pada sepi.
Untuk kemudian kulanjutkan dalam insomnia malam,
sebelum akhinya benar-benar kelam”
Ah, kau tak boleh begitu! Hanya menyaksikan jengkal
perjalanan
Bagaimanapun kau, itu sudah lumayan menjadi bekal
hari kemudian
Kota itu yang kau tulis dalam catatan harian, masih
belum benar-benar kau temukan
Jangan berhenti sampai di sini saja, karena aku akan
melahirkan banyak luka di dadamu
Berangkatlah sebagai kepasrahan, dimanapun kau
berjalan di sana kau akan sampai
dan lahir sebagai seorang pangeran
Bergegaslah sekarang juga, jangan menatap sesuatu
apapun yang sudah lelah di belakang
Karena hanya akan membawamu pada dialog
kunang-kunang yang enggan melepas malam.
“Lantas, mengapa aku selalu sulit mengerti
kebenaran?
Antara gemeretak musim berdendang di tembok
pekarangan
Selalu saja ada bayang-bayang mengucap salam, sambil
mengikhlaskan senyumnya
pada keabadian.
Tanpa kata sungkan ia pun
membisikiku
Tentang kesucian dan bait takdir kelahiran, bahwa
seperti inilah semestinya aku
menyadari segala keadaan”
Baiklah, kututurkan padamu perihal lengang.
Sesuatu selain keangkuhan adalah kesederhanaan,
ketabahan menanti musim datang
membawa kelebat daun-daun tumbuh di dahan, juga
lahir dari sang akar
Maka itu setiap derap langkah pasti ada gairah.
Tentu juga resah.
Yah...
Dan pada matamu kusaksikan kerinduan akan
kemenangan, sesuatu yang kau janjikan
pada perempuan yang menunggu di penghujung jalan
Sehingga kau tak boleh mengakui kekalahan, karena
setiap penciptaan
Selalu lahir dengan sepasang keraguan dan keyakinan.
Bila maju selangkah, kemudian mati
Maka itulah kemenangan bagimu
Karena mengakui kegamangan berarti menunduk sebelum
tengadah.
Berhentilah berdesis
Berhentilah bertanya
Berhentilah berikrar setia pada bayang-bayang
Sebelum kau benar-benar lepas dari sepi dan sunyi.
0 komentar:
Posting Komentar