Rabu, 06 November 2013

"SATU KATA"




A
ku, seorang anak kecil yang dulu terlahir di keluarga yang lebih dari cukup untuk menjalani keras nya kehidupan di dunia ini. Aku hidup bersama ayah, ibu, dan ke dua saudara ku di sebuah rumah besar bertingkat tiga di Jakarta selatan. Aku bahagia bisa mendapatkan  apa yang aku inginkan di keluarga ini. Kebahagiaan, cinta, kasih sayang, sampai kesedihan pun kami rasa dan bagi bersama. Saat itu aku mungkin menjadi anak yang paling beruntung yang hidup di dunia ini, apapun yang aku inginkan selalu terpenuhi.

Tiga tahun kemudian, saat itu usiaku  tepat lima tahun, dan mungkin sebagian anak sudah merasakan apa yang dinamakan sekolah Taman Kanak-kanak, tetapi saat itu aku hanya belajar bersama nenek ku, karena dari kecil aku sudah di didik menjadi orang yang mandiri, dan aku pun hanya bisa menuruti apa yang selalu dikatakan oleh orang tua ku, karena aku tahu setiap orang tua pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak nya.

Suatu saat ayahku ditugaskan untuk bekerja di Bandar Lampung,  dan akhirnya
aku bersama keluargaku pun menetap dan aku melanjutkan sekolah  disana. Mungkin kota Bandar Lampung tidak seperti kota Jakarta yang terkenal dengan sebutan “Kota yang tak pernah lekang oleh waktu”. Saat pertama kali aku menginjak kota Bandar Lampung, Suasananya sangat berbeda dengan kota Jakarta yang setiap pagi sudah dipenuhi dengan asap kendaraan bermotor dan dibisingkan dengan suara klakson.

Usiaku sekarang sudah tujuh tahun, dan sudah saat nya aku menjajaki dunia Sekolah Dasar. Sebagian anak mungkin sudah merasakannya saat berusia enam tahun. Aku terlalu banyak menghabiskan waktu belajar ku hanya dirumah bersama nenek ku, karena semua fasilitas yang di berikan untuk ku, kurasa sudah lebih dari cukup. Mungkin karena itu aku terlambat untuk mendaftar ke Sekolah Dasar.

Hasil pengumuman pun sudah keluar dan hasil nya pun memuaskan, aku pun diterima di sekolah yang orang tuaku inginkan, meskipun aku terlambat untuk masuk ke Sekolah Dasar tersebut. Orang tuaku selalu mendukung ku untuk menjadi yang terbaik di sekolah, segala upaya yang mereka berikan  pun terbayar untuk menjadikan aku yang terbaik di sekolah, dengan mendapatkan peringkat juara umum. Dan dengan bangga mereka pun memberikan senyum puas kepada ku.

Orang tuaku sangat berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi seperti orang sukses melebihi ayahku. Dan saat itu aku bercita-cita untuk menjadi seorang Pilot, karena bagiku itu  sangat mengesankan karena  bisa berkeliling dunia dengan mengendarai sebuah pesawat.

Tepat tahun 2007, saat aku menginjakkan kaki di kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama, ayahku mulai jatuh sakit. Suasana yang semula kondusif, berubah total. Ayahku meminta cuti sementara untuk melakukan operasinya, Dan beliau pun di vonis menderita serangan jantung dan darah tinggi yang mungkin sudah sangat kronis. Rumah Sakit pun merekomendasikan untuk membawanya ke Rumah Sakit di Singapura.

Segala sesuatu yang kami punya pun perlahan  habis terjual, hingga rumah yang kami tinggalkan pun terjual hanya untuk menyembuhkan penyakit ayahku. Saat itu  aku merasa sangat drop, dan semuanya berubah 180 derajat, aku berusaha untuk menguatkan diriku dan berdo’a kepada Yang Maha Kuasa. Tetapi seseorang wanita yang telah mengandung ku selama 9 bulan, yang telah merawat ku hingga besar selalu berada disamping ku untuk memotivasi. Mungkin aku adalah seorang anak yang dijuluki “Anak emak” karena bagiku ibu adalah seorang yang sangat berarti untuk hidupku.

Saat aku ingin menduduki  kelas delapan Sekolah Menengah Pertama, kepala sekolahku merekomendasikan untuk mengikuti kelas akselerasi dan memberikan beasiswa untuk biaya sekolahku, dan ibuku pun akhirnya menyetujui, dan aku pun langsung mengikuti kelas sembilan lebih awal. Sayangnya aku hanya bisa mengabarkan berita tersebut kepada ayahku lewat telepon dan itu sangat mengecewakan diriku.


Saat aku menduduki kelas sembilan Sekolah Menengah Pertama, mungkin ini lah moment yang paling buruk yang pernah aku dapatkan, aku mendapatkan peringkat ke-10, dan aku tahu hal itu sangat mengecewakan orang tua ku, mungkin karena saat itu aku selalu terfikirkan tentang kesehatan ayahku dan aku sangat menyadari bahwa itu sangat menggangu fikiranku saat menghadapi Ujian Akhir Sekolah.

Setahun sudah ayahku dirawat jalan di Singapura, keadaan nya pun mulai membaik. Aku sangat senang sekali mendengar kabar bahwa ayahku akan kembali ke Bandar Lampung. Dan kehidupan ku pun mulai kembali kondusif.

Saat aku memasuki Sekolah Menengah Atas, aku bertemu seorang wanita yang sangat pintar di kelas, dan aku pun sangat tertarik untuk mendekatinya. Aku berfikir mungkin jika aku menjadi kekasihnya akan sangat memotivasiku untuk semakin giat belajar. Dan aku pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku, dan akhirnya dia menerimaku untuk menjadi kekasihnya.

Aku menjalani hari-hariku dengan berkompetisi nilai dengan nya, dan aku sangat menikmati persaingan itu, tetapi sayangnya aku selalu kalah dalam persaingan tersebut, walaupun hanya berbeda sedikit. Tepat disaat pembagian rapor ternyata aku mendapatkan rangking kedua dan dia mendapatkan rangking pertama. Aku, dia, dan temannya menghadap kepala sekolah untuk membicarakan tentang beasiswa yang ditawarkan untuk kami, dan kami pun langsung menerimanya dengan senang hati, aku sempat menjuarai sebuah kejuaraan  speech antar sekolah yang diselenggarakan sebuah universitas, aku mendapatkan juara pertama dalam kejuaraan berpidato berbahasa inggris tersebut, itu semua berkat ibu dan kekasihku yang selalu ada untuk memotivasi diriku.

Selang beberapa hari disaat aku mendapatkan berita baik tersebut, ternyata aku mendapatkan berita buruk yang sangat memukul hatiku, ayahku meninggal dunia dikarenakan penyakitnya yang sudah  sangat kronis. Saat itu aku mengalami depresi dan shock yang berkepanjangan. Aku sangat menyesal, mungkin dahulu aku belum sempat membalas budi yang telah ayahku berikan selama ini.






Aku bercerita kepada ibu dan kekasihku yang selalu berada disampingku untuk selalu memotivasi agar tidak terjerumus kedalam lubang hitam. Aku sangat bersyukur memiliki orang-orang yang masih sangat perduli akan diriku.

Mungkin aku hanya mempunyai satu orang tua lagi, tetapi itu akan sangat memotivasiku untuk membahagiakannya kelak seperti apa yang mereka inginkan. Aku akan menjadi orang sukses untuk membalas budi, membahagiakan, dan tidak akan mengecewakan mereka untuk kedua kalinya. Aku sangat menjaga hati seorang wanita, karena wanita lah yang memotivasi dibalik kesuksesan seorang pria.

Satu kata untuk kalian yang ingin mengejar impian dan cita-cita kalian, “motivasi” diri kalian agar semua dapat terwujud seperti yang kalian harapkan, dan bahagiakanlah orang-orang yang telah memotivasi diri kalian.


0 komentar:

Posting Komentar

Pageviews

BisikanAlamRaya@2014. Diberdayakan oleh Blogger.