A
|
ku,
seorang anak kecil yang dulu terlahir di keluarga yang lebih dari cukup untuk
menjalani keras nya kehidupan di dunia ini. Aku hidup bersama ayah, ibu, dan ke
dua saudara ku di sebuah rumah besar bertingkat tiga di Jakarta selatan. Aku
bahagia bisa mendapatkan apa yang aku
inginkan di keluarga ini. Kebahagiaan, cinta, kasih sayang, sampai kesedihan pun
kami rasa dan bagi bersama. Saat itu aku mungkin menjadi anak yang paling
beruntung yang hidup di dunia ini, apapun yang aku inginkan selalu terpenuhi.
Tiga
tahun kemudian, saat itu usiaku tepat
lima tahun, dan mungkin sebagian anak sudah merasakan apa yang dinamakan
sekolah Taman Kanak-kanak, tetapi saat itu aku hanya belajar bersama nenek ku,
karena dari kecil aku sudah di didik menjadi orang yang mandiri, dan aku pun
hanya bisa menuruti apa yang selalu dikatakan oleh orang tua ku, karena aku
tahu setiap orang tua pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak nya.
Suatu
saat ayahku ditugaskan untuk bekerja di Bandar Lampung, dan akhirnya
aku
bersama keluargaku pun menetap dan aku melanjutkan sekolah disana. Mungkin kota Bandar Lampung tidak
seperti kota Jakarta yang terkenal dengan sebutan “Kota yang tak pernah lekang
oleh waktu”. Saat pertama kali aku menginjak kota Bandar Lampung, Suasananya
sangat berbeda dengan kota Jakarta yang setiap pagi sudah dipenuhi dengan asap
kendaraan bermotor dan dibisingkan dengan suara klakson.
Usiaku
sekarang sudah tujuh tahun, dan sudah saat nya aku menjajaki dunia Sekolah Dasar.
Sebagian anak mungkin sudah merasakannya saat berusia enam tahun. Aku terlalu
banyak menghabiskan waktu belajar ku hanya dirumah bersama nenek ku, karena semua
fasilitas yang di berikan untuk ku, kurasa sudah lebih dari cukup. Mungkin
karena itu aku terlambat untuk mendaftar ke Sekolah Dasar.
Hasil
pengumuman pun sudah keluar dan hasil nya pun memuaskan, aku pun diterima di
sekolah yang orang tuaku inginkan, meskipun aku terlambat untuk masuk ke Sekolah
Dasar tersebut. Orang tuaku selalu mendukung ku untuk menjadi yang terbaik di
sekolah, segala upaya yang mereka berikan
pun terbayar untuk menjadikan aku yang terbaik di sekolah, dengan
mendapatkan peringkat juara umum. Dan dengan bangga mereka pun memberikan
senyum puas kepada ku.
Orang
tuaku sangat berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi seperti orang sukses
melebihi ayahku. Dan saat itu aku bercita-cita untuk menjadi seorang Pilot,
karena bagiku itu sangat mengesankan
karena bisa berkeliling dunia dengan
mengendarai sebuah pesawat.
Tepat
tahun 2007, saat aku menginjakkan kaki di kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama,
ayahku mulai jatuh sakit. Suasana yang semula kondusif, berubah total. Ayahku meminta cuti sementara untuk
melakukan operasinya, Dan beliau pun di vonis
menderita serangan jantung dan darah tinggi yang mungkin sudah sangat kronis.
Rumah Sakit pun merekomendasikan untuk membawanya ke Rumah Sakit di Singapura.
Segala
sesuatu yang kami punya pun perlahan
habis terjual, hingga rumah yang kami tinggalkan pun terjual hanya untuk
menyembuhkan penyakit ayahku. Saat itu
aku merasa sangat drop, dan semuanya
berubah 180 derajat, aku berusaha untuk menguatkan diriku dan berdo’a kepada
Yang Maha Kuasa. Tetapi seseorang wanita yang telah mengandung ku selama 9
bulan, yang telah merawat ku hingga besar selalu berada disamping ku untuk
memotivasi. Mungkin aku adalah seorang anak yang dijuluki “Anak emak” karena bagiku ibu adalah seorang yang sangat berarti
untuk hidupku.
Saat
aku ingin menduduki kelas delapan
Sekolah Menengah Pertama, kepala sekolahku merekomendasikan untuk mengikuti
kelas akselerasi dan memberikan
beasiswa untuk biaya sekolahku, dan
ibuku pun akhirnya menyetujui, dan aku pun langsung mengikuti kelas sembilan
lebih awal. Sayangnya aku hanya bisa mengabarkan berita tersebut kepada ayahku
lewat telepon dan itu sangat mengecewakan diriku.
Saat
aku menduduki kelas sembilan Sekolah Menengah Pertama, mungkin ini lah moment yang paling buruk yang pernah aku
dapatkan, aku mendapatkan peringkat ke-10, dan aku tahu hal itu sangat
mengecewakan orang tua ku, mungkin karena saat itu aku selalu terfikirkan
tentang kesehatan ayahku dan aku sangat menyadari bahwa itu sangat menggangu fikiranku
saat menghadapi Ujian Akhir Sekolah.
Setahun
sudah ayahku dirawat jalan di Singapura, keadaan nya pun mulai membaik. Aku
sangat senang sekali mendengar kabar bahwa ayahku akan kembali ke Bandar
Lampung. Dan kehidupan ku pun mulai kembali kondusif.
Saat
aku memasuki Sekolah Menengah Atas, aku bertemu seorang wanita yang sangat
pintar di kelas, dan aku pun sangat tertarik untuk mendekatinya. Aku berfikir
mungkin jika aku menjadi kekasihnya akan sangat memotivasiku untuk semakin giat
belajar. Dan aku pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku, dan
akhirnya dia menerimaku untuk menjadi kekasihnya.
Aku
menjalani hari-hariku dengan berkompetisi nilai dengan nya, dan aku sangat
menikmati persaingan itu, tetapi sayangnya aku selalu kalah dalam persaingan
tersebut, walaupun hanya berbeda sedikit. Tepat disaat pembagian rapor ternyata
aku mendapatkan rangking kedua dan
dia mendapatkan rangking pertama.
Aku, dia, dan temannya menghadap kepala sekolah untuk membicarakan tentang
beasiswa yang ditawarkan untuk kami, dan kami pun langsung menerimanya dengan
senang hati, aku sempat menjuarai sebuah kejuaraan speech antar sekolah yang
diselenggarakan sebuah universitas, aku mendapatkan juara pertama dalam
kejuaraan berpidato berbahasa inggris tersebut, itu semua berkat ibu dan
kekasihku yang selalu ada untuk memotivasi diriku.
Selang
beberapa hari disaat aku mendapatkan berita baik tersebut, ternyata aku
mendapatkan berita buruk yang sangat memukul hatiku, ayahku meninggal dunia
dikarenakan penyakitnya yang sudah
sangat kronis. Saat itu aku
mengalami depresi dan shock yang berkepanjangan. Aku sangat
menyesal, mungkin dahulu aku belum sempat membalas budi yang telah ayahku
berikan selama ini.
Aku
bercerita kepada ibu dan kekasihku yang selalu berada disampingku untuk selalu
memotivasi agar tidak terjerumus kedalam lubang
hitam. Aku sangat bersyukur memiliki orang-orang yang masih sangat perduli
akan diriku.
Mungkin
aku hanya mempunyai satu orang tua lagi, tetapi itu akan sangat memotivasiku
untuk membahagiakannya kelak seperti apa yang mereka inginkan. Aku akan menjadi
orang sukses untuk membalas budi, membahagiakan, dan tidak akan mengecewakan
mereka untuk kedua kalinya. Aku sangat menjaga hati seorang wanita, karena
wanita lah yang memotivasi dibalik kesuksesan seorang pria.
Satu
kata untuk kalian yang ingin mengejar impian dan cita-cita kalian, “motivasi”
diri kalian agar semua dapat terwujud seperti yang kalian harapkan, dan
bahagiakanlah orang-orang yang telah memotivasi diri kalian.
0 komentar:
Posting Komentar