Sabtu, 18 Januari 2014

"Cinta?"

Sore hari, di halaman samping rumah kontrakan, tiga mahluk yang mengaku manusia, Mas Wir, Gemblung, dan Topo, duduk bersebelahan, diam.

"Kok pada diam? lagi kesambet bareng ya?" kata Syekh Mukhlisin tiba-tiba nongol, cengangas-cengenges, seperti biasa--kehadirannya yang tak kami kehendaki dalam situasi seperti ini.

"Enak aja, lagi merenung kami ini, Syekh!" kata Topo.

"Mantab. soal apa? harga elpiji?"

"bukan," kata Gemblung.

"Oh, mesti soal kebudayaan lokal?"

"Nggak," kata Mas Wir.

"Terus soal apa dong?"

"Santi," kata Topo.

"Endang," kata Mas Wir.

"Donna," kata Gemblung.

"Jadi...maksud kalian merenung tadi itu, kalian ini sedang mikirin cinta ya...?"

"Yoi....," jawab Topo, Gemblung, dan mas Wir Serempak.

"Cuaaah!...Guoblook! masa urusan cinta dipikirin! kalau mau mikir, ya pikirin tuh soal matematika, logika, atau negara," kata Syekh Mukhlisin mencak-mencak sok syip.

"Jangan asal komentar dong Syekh! kalu nggak ngerti nggak usah ngomong sembarangan gitu dong!," jawab Gemblung nekad.

"Siapa yang kau anggap nggak ngerti?! aku?," kata Syekh mukhlisin sambil mencet hidung Gemblung kuat-kuat. 

Seketika Gemblung kesurupan.

"Justru karena aku sangat ngerti makanya aku ngomong kayak gitu. kalian tahu berapa puluh kali dalam hidupku aku harus jatuh cinta kemudian patah hati atau ditolak karena salah menempatkan 'kerja pikiranku' di ruang di mana seharusnya hati atau qolbumu yang bertindak. jatuh cinta kok dikalkulasi-kalkulasi. jatuh cinta kok merancang-rancang. jatuh cinta kok baca-baca buku dan minta segala macam bentuk bimbingan. jatuh cinta kok berusaha menjadi 'pintar' dihadapan sosok yang kau cintai. jatuh cinta kok menenggang dan menawar-nawar hubungan dan komitmen. jatuh cinta kok memaksa agar sosok yang kau cintai itu tunduk di bawah persepsi dan kriteria-kriteria di kepalamu. jatuh cinta kok menduga-duga jarak, positioning, dan titik koordinat maqommu dihadapan sosok yang kau cintai. jatuh cinta kok mengerahkan pikiranmu bukannya menyerahkannya. jatuh cinta kok belum-belum sudah menghitung manfaat yang bakal kau dapat. jatuh cinta kok sibuk memasang perangkap dan menebak-nebak! kalau kalian mau main kalkulasi, jangan main cinta dong, bisnis aja, bisnis, atau dagang sekalian! paham!!" ujar Syekh Mukhlisin.

"Jadi kami harus bagaimana nih...?" 

" ya nggak gimana gimana. jatuh cinta aja. lenyapkan dirimu di lautan cinta. nggak usah takut tenggelam dan karena itu kalian sibuk menyiapkan training agar selamat dari ketenggelaman. kau memang harus hilang, tenggelam. kau memang harus goblok dan jangan sok pintar. kau memang harus miskin-papa di hadapan cinta, jangan berlagak kaya. kau jangan menyiapkan strategi, karena itu berarti kau mendudukkan cinta di bawah pikiranmu--yg sok tahu dan merupakan buah dari kondisioning, bacaan, keluarga, teman, otot dan postur tubuh, roman wajah, trauma-trauma, harapan-harapan tersembunyi, dll itu. intinya: jangan ge-er di hadapan cinta."

Mas Wir dan Topo menarik nafas. Menghirup prana. 

"paham kalian?" kata Syekh.

"Eeeeee....tapi, Syekh,.... menurut Anda sendiri...sebelum saya atau kami menjawab apakah kami paham atau tidak soal apa yang Syekh katakan tadi,... terlebih dahulu saya mau bertanya...menurut Syekh sendiri, ...terlepas dari apakah pertanyaan saya ini masih berkisar dan berpijak pada konteks atau tidak, karena saya juga berkepentingan untuk memuaskan rasa haus kognitif saya,...karena apa-apa yang Syekh katakan tadi menurut saya sudah masuk ke tataran epistemologis, sedangkan kebutuhan kami saat ini, menurut saya, seharusnya beranjak dahulu dari tataran ontologis...maka saya mau bertanya: menurut Anda sendiri...menurut persepsi Syekh sebagai sosok yang sangat kami hormati....apakah DEFINISI CINTA menurut Anda?" ujar Topo dengan sangat sopan.

"Kampang kamu!," kata Syekh Mukhlisin. lalu menghilang.


~Ari Pahala Hutabarat

0 komentar:

Posting Komentar

Pageviews

BisikanAlamRaya@2014. Diberdayakan oleh Blogger.