Sabtu, 04 Januari 2014

"Tidak Buta"






Suatu pagi disebuah kantin tua di salah satu institusi ternama, dua sosok pemuda tengah hangat memperbincangkan apa arti kebenaran sejati. Mereka sepakat untuk membahas hal ini dengan hati-hati. Tak ada yang di rugikan atau merugikan diri. Membincangkan manusia dengan kegelisahaan batinnya yang melahirkan pencarian, pencariannya masing-masing.

A: Hei, tahukah kamu. Semalam tadi aku menyadari, apa yang sebenarnya terjadi pada dunia ini. Dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Keabu-abuan dalam diriku muncul disaat aku tengah menyaksikan tontonan pengadu-dombaan antar saudara kita, dan tahu kah kamu? warna itu muncul disaat aku berada di puncak, dimana aku tengah bersemangat memacu diri untuk berpotensi.

B: Hei, sahabat. itu tak terjadi pada dirimu saja. Aku pernah merasakan apa yang kau alami saat ini, dan saat itu aku tengah menjadi seorang yang skeptis. Pertanyaan tentang jati dan krisis identitas diri pun pernah kuselami. Ku fikir kau sedang berada pada titik nol, dimana kau mencari apa yang harus diyakini. Karena persepsi ku, dunia ini tidak ada yang benar benar, benar benar.

A: Jujur saja, sejak lahir hingga sekarang aku masih mencari kepercayaan yang harus aku yakini, Apa itu kepercayaan, mengapa kita harus percaya, dan apa manfaatnya, tak hanya dari kaki orang tua hingga biodata. Pertanyaan-pertanyaan itu lah yg selalu berpusing dalam otakku.



B: Bagus saja bila masih ada pemikirkan kritis tentang apa sejati nya kepercayaan. Aku berfikir manusia melenium malah menjadi robot dalam dirinya sendiri. Karena apa? Karena mereka telah dibutakan oleh kehidupan. Buta dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

A: Tapi… Aku fikir kebenaran adalah persepsi dari masing-masing manusia, kita tak bisa menyalahkan mereka.


Karena agama hanya jembatan menuju kepercayaan,
Maka kita tidak menuhankan agama, tetapi menuhankan Sang Pencipta
Karena kita tidak menghakimi satu-pun ciptaan,
Maka kita tidak dapat mengadili, karena sejatinya keadilan hanyalah milik-Nya

Maka dari itu aku menyimpulkan bahwa kita terlahir individu maka mati pun menanggung amal dan dosa individu. Tidak sekalipun kau, seorang sahabatku mampu membantu mempertanggung jawabkan, akan apa yang telah aku lakukan.

B: Wahai sahabat, beruntunglah kita bukan termasuk golongan orang buta!

****
Hiduplah dimana kamu hidup
Dimana kebenaran menjadi persepsi pribadi

0 komentar:

Posting Komentar

Pageviews

BisikanAlamRaya@2014. Diberdayakan oleh Blogger.