Kamis, 07 November 2013

"DIALOG KECIL PERJALANAN"





“Sepertinya aku harus mengakui, bahwa aku sudah kalah pada keraguan.
Debar dadaku kini sudah lupa pada detak, juga pada denting jam dinding kamar ini.
Tempat para seniman mencari inspirasi untuk sebuah apresiasi.
Aku juga sudah mencoba dengan lambat melupakan gelegat jantan pahlawan
yang dipuja banyak penyair
Sehingga tak ada lagi mimpi yang mesti kupertanyakan pada sepi.
Untuk kemudian kulanjutkan dalam insomnia malam, sebelum akhinya benar-benar kelam”

Ah, kau tak boleh begitu! Hanya menyaksikan jengkal perjalanan
Bagaimanapun kau, itu sudah lumayan menjadi bekal hari kemudian
Kota itu yang kau tulis dalam catatan harian, masih belum benar-benar kau temukan
Jangan berhenti sampai di sini saja, karena aku akan melahirkan banyak luka di dadamu
Berangkatlah sebagai kepasrahan, dimanapun kau berjalan di sana kau akan sampai
dan lahir sebagai seorang pangeran
Bergegaslah sekarang juga, jangan menatap sesuatu apapun yang sudah lelah di belakang
Karena hanya akan membawamu pada dialog kunang-kunang yang enggan melepas malam.

“Lantas, mengapa aku selalu sulit mengerti kebenaran?
Antara gemeretak musim berdendang di tembok pekarangan
Selalu saja ada bayang-bayang mengucap salam, sambil mengikhlaskan senyumnya
pada keabadian.
Tanpa kata sungkan ia pun membisikiku
Tentang kesucian dan bait takdir kelahiran, bahwa seperti inilah semestinya aku
menyadari segala keadaan”

Baiklah, kututurkan padamu perihal lengang.
Sesuatu selain keangkuhan adalah kesederhanaan, ketabahan menanti musim datang
membawa kelebat daun-daun tumbuh di dahan, juga lahir dari sang akar
Maka itu setiap derap langkah pasti ada gairah. Tentu juga resah.
Yah...
Dan pada matamu kusaksikan kerinduan akan kemenangan, sesuatu yang kau janjikan
pada perempuan yang menunggu di penghujung jalan
Sehingga kau tak boleh mengakui kekalahan, karena setiap penciptaan
Selalu lahir dengan sepasang keraguan dan keyakinan.
Bila maju selangkah, kemudian mati
Maka itulah kemenangan bagimu
Karena mengakui kegamangan berarti menunduk sebelum tengadah.

Berhentilah berdesis
Berhentilah bertanya
Berhentilah berikrar setia pada bayang-bayang
Sebelum kau benar-benar lepas dari sepi dan sunyi.

Rabu, 06 November 2013

“KONTROVERSI KEHIDUPAN”


Mentari sudah tersenyum di ufuk barat, di selingi suara-suara nyanyian burung emprit disana-sini. Sudah, aku sudah terbangun, karena suara nyaring nan menggema seantero dunia membangunkan ku dari mimpi panjang ku.

“Adit….. bangun!!!”

 Ya adit nama ku. Kakak ku memang selalu berteriak di pagi hari untuk membangunkan ku, dan meminta ku bergegas mengantarnya bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Bandar Lampung.

Pagi itu aku masih ingin memejamkan mata sebentar lagi, tapi suara itu tetap saja terdengar, ditambah dengan suara ketukan pintu kamar yang tambah memekakkan telinga.

“Arrggghhh!!!  Iya….. Aku bangunn!!”

Pagi itu ibuku sudah menghidangkan segelas the hangat tepat disamping sekotak donat JEKO. Yah aku hanya bisa mencicipi secuil dari donat yang melingkar, karena kakak ku terus saja berteriak bak penyayi rocker papan atas.

“Ah… sudahlah..”

                Sedikit bagian muka ku tekuk menandakan amarah ku padanya, tetap saja dia acuh tak acuh menanggapi ku. Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Yah maklum lah sekarang hanya dia yang membanting tulang dirumah, ayahku sudah lama meninggal, sedangkan ibu ku hanya seorang mantan guru sekolah dasar yang gaji pensiunan nya tak dapat sepeser pun.

                Aku memang mengerti hidup ini bagaikan hukum alam (baca: timbal-balik). Kakak ku pernah berkata kalau segala yang ia berikan padaku tidak lah cuma-Cuma, melainkan pengharapan timbal balik ku padanya. Yah memang begitu, segalanya telah dicukupkan olehnya, meskipun ku tahu dia hanya lah perantara dari yang kuasa.

                Aku mulai mengerti sedikit demi sedikit nilai kehidupan, dan aku mulai mempercayai bahwa Tuhan itu ada, tidak hanya agama yang ku bawa dari kaki orang tua hingga biodata.

                Yah, sekarang umurku sudah belasan, aku sudah harus mengerti apa itu agama sebenarnya bukan hanya title dalam kartu nama. Dan sebuah kehidupan, apa itu sebenarnya arti hidup, bukan hanya makan mandi dan tidur saja..

                Aku yakin hidup ini sudah ada yang mengatur, kita hanya tinggal menjalani saja, tetapi aku fikir,jika kita tak merubah sendiri takdir kita, maka tuhan tak akan merubah jalan kita. Atau mungkin hidup ini hanya skenario tuhan yang kita sebagai peran utama dalam skenario itu?, dan tinggal bagaimana kita berimprovisasi dalam menjalani kehidupan ini.

                Aku tak munafik, jika hidup ini harus real, walaupun kata hati selalu berkecamuk memikirkan kontroversi yang harus kuperbuat. Satu-satu nya jawaban pasti hanyalah pengaduan maya yang selalu ku terapkan pada sang vertikal. (baca: Tuhan)

Yah itulah hidup…

Kembali lagi di kehidupan ku yang selalu timbul pro dan kontra,yang aku perbuat tidak selalu mengikuti kata hati, meskipun ku tahu kalau semua ini ada tujuan nya. Contoh kecil nya kalau kalian dipaksa oleh orang tua kalian untuk belajar seni, sedangkan kalian ingin belajar matematika, apakah kalian pernah berfikir ada tujuan di balik itu semua? Apakah kalian yakin bahwa bidang seni tersebut tidak bermanfaat untuk kalian? Apakah kalian bisa menjamin apa yang akan terjadi selanjutnya? Begitu juga dengan hidup ini, kita tak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, kita hanya bisa menjadi wayang dalam skenario dalang (baca: Tuhan). Yang bisa kita lakukan hanyalah jalani dengan sedikit improvisasi.

Aku kembali pulang, setelah mengantar kakak ku bekerja. Di tengah perjalan aku mampir di sebuah kedai kelontong yang menjual beberapa menu sarapan pagi. Ku makan dengan lahap dan tak lalai akan keberkahan yag diberikan-Nya. Ku menoleh, kulihat seorang perawakan berkumis bertubuh langsing menyenderkan tubuh nya dibalik tembok di temani sekarung botol plastik dengan kedua tangan menyelimuti kakinya.

Sempat otak ku berfikir untuk mengajak nya menyantap sepiring nasi uduk bersama ku, aku tahu dia belum sempat untuk menyantap makanan pagi ini, atau mungkin dari semalam. Ku melihat isi kocek ku, terlihat 2 lembaran hijau dan 3 lembar uang ribuan, memang niat nya uang itu sebagai tabungan, karena aku ingin membeli sebuah buku ternama yang selama ini aku idam-idam kan, walaupun uang itu belum cukup terkumpul.

Kuhidupkan sebatang rokok putih dan mulai berfikir apa yang harus aku lakukan. kontroversi dalam otak dan batin mulai menimbulkan pro dan kontra bak seseorang yang berhadapan dengan seekor raja singa, memilih untuk kabur atau melawan nya.

Dan kuputuskan untuk menyimpan kembali lembaran itu kedalam dompet, dan bergegas untuk pulang. Kustater bebek yang kutunggangi seraya menoleh orang itu.

Breeemmm…

Di perjalanan otak dan batin kembali bertarung, untuk menunjukkan siapa yang akan menjadi juara. Di persimpangan jalan, ku memutar laju motor ku, berniat untuk kembali dan memberi bapak itu sedikit berkah dari-Nya untuk mengganjal perut bapak itu untuk pagi ini.

Sesampai di toko kelontong, ku mennoleh kanan kiri untuk mencari bapak itu, tak kulihat batang hidung nya. Aku bertanya pada seorang ibu yang melayani ku tadi, katanya dia telah pergi beberapa menit yang lalu.

Aku terdiam, tak sepatah kata pun aku ucapkan kecuali terima kasih kepada ibu itu. Di perjalanan aku berfikir, betapa bodoh nya aku, hanya untuk menolong seseorang yang membutuhkan pun aku harus berfikir dua kali.

Tak terasa bulir-bulir mutiara menetes dari kedua mata ku. Penyesalanku selalu muncul ketika ego yang memenangkan perdebatan otak dan hati. Ku tutup helm dan  mempercepat laju motor ku, seolah amarah yang meluap tak bisa dibendung lagi.

Ku parkir motor ku di halaman, cepat ku masuk kedalam rumah dan membasuh muka dengan air suci. Kembali ku teringat tentang perawakan seorang bapak di toko kelontong  tadi. Ku bersujud di atas kain panjang berukuran satu meter lebih, memohon ampunan dari-Nya..

Kita hidup tidak sendiri
Kita hidup dengan penuh ego
Kita hidup dengan penuh pembualan
Kita hidup dengan penuh kontroversi
Hidup….

"SATU KATA"




A
ku, seorang anak kecil yang dulu terlahir di keluarga yang lebih dari cukup untuk menjalani keras nya kehidupan di dunia ini. Aku hidup bersama ayah, ibu, dan ke dua saudara ku di sebuah rumah besar bertingkat tiga di Jakarta selatan. Aku bahagia bisa mendapatkan  apa yang aku inginkan di keluarga ini. Kebahagiaan, cinta, kasih sayang, sampai kesedihan pun kami rasa dan bagi bersama. Saat itu aku mungkin menjadi anak yang paling beruntung yang hidup di dunia ini, apapun yang aku inginkan selalu terpenuhi.

Tiga tahun kemudian, saat itu usiaku  tepat lima tahun, dan mungkin sebagian anak sudah merasakan apa yang dinamakan sekolah Taman Kanak-kanak, tetapi saat itu aku hanya belajar bersama nenek ku, karena dari kecil aku sudah di didik menjadi orang yang mandiri, dan aku pun hanya bisa menuruti apa yang selalu dikatakan oleh orang tua ku, karena aku tahu setiap orang tua pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak nya.

Suatu saat ayahku ditugaskan untuk bekerja di Bandar Lampung,  dan akhirnya
aku bersama keluargaku pun menetap dan aku melanjutkan sekolah  disana. Mungkin kota Bandar Lampung tidak seperti kota Jakarta yang terkenal dengan sebutan “Kota yang tak pernah lekang oleh waktu”. Saat pertama kali aku menginjak kota Bandar Lampung, Suasananya sangat berbeda dengan kota Jakarta yang setiap pagi sudah dipenuhi dengan asap kendaraan bermotor dan dibisingkan dengan suara klakson.

Usiaku sekarang sudah tujuh tahun, dan sudah saat nya aku menjajaki dunia Sekolah Dasar. Sebagian anak mungkin sudah merasakannya saat berusia enam tahun. Aku terlalu banyak menghabiskan waktu belajar ku hanya dirumah bersama nenek ku, karena semua fasilitas yang di berikan untuk ku, kurasa sudah lebih dari cukup. Mungkin karena itu aku terlambat untuk mendaftar ke Sekolah Dasar.

Hasil pengumuman pun sudah keluar dan hasil nya pun memuaskan, aku pun diterima di sekolah yang orang tuaku inginkan, meskipun aku terlambat untuk masuk ke Sekolah Dasar tersebut. Orang tuaku selalu mendukung ku untuk menjadi yang terbaik di sekolah, segala upaya yang mereka berikan  pun terbayar untuk menjadikan aku yang terbaik di sekolah, dengan mendapatkan peringkat juara umum. Dan dengan bangga mereka pun memberikan senyum puas kepada ku.

Orang tuaku sangat berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi seperti orang sukses melebihi ayahku. Dan saat itu aku bercita-cita untuk menjadi seorang Pilot, karena bagiku itu  sangat mengesankan karena  bisa berkeliling dunia dengan mengendarai sebuah pesawat.

Tepat tahun 2007, saat aku menginjakkan kaki di kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama, ayahku mulai jatuh sakit. Suasana yang semula kondusif, berubah total. Ayahku meminta cuti sementara untuk melakukan operasinya, Dan beliau pun di vonis menderita serangan jantung dan darah tinggi yang mungkin sudah sangat kronis. Rumah Sakit pun merekomendasikan untuk membawanya ke Rumah Sakit di Singapura.

Segala sesuatu yang kami punya pun perlahan  habis terjual, hingga rumah yang kami tinggalkan pun terjual hanya untuk menyembuhkan penyakit ayahku. Saat itu  aku merasa sangat drop, dan semuanya berubah 180 derajat, aku berusaha untuk menguatkan diriku dan berdo’a kepada Yang Maha Kuasa. Tetapi seseorang wanita yang telah mengandung ku selama 9 bulan, yang telah merawat ku hingga besar selalu berada disamping ku untuk memotivasi. Mungkin aku adalah seorang anak yang dijuluki “Anak emak” karena bagiku ibu adalah seorang yang sangat berarti untuk hidupku.

Saat aku ingin menduduki  kelas delapan Sekolah Menengah Pertama, kepala sekolahku merekomendasikan untuk mengikuti kelas akselerasi dan memberikan beasiswa untuk biaya sekolahku, dan ibuku pun akhirnya menyetujui, dan aku pun langsung mengikuti kelas sembilan lebih awal. Sayangnya aku hanya bisa mengabarkan berita tersebut kepada ayahku lewat telepon dan itu sangat mengecewakan diriku.


Saat aku menduduki kelas sembilan Sekolah Menengah Pertama, mungkin ini lah moment yang paling buruk yang pernah aku dapatkan, aku mendapatkan peringkat ke-10, dan aku tahu hal itu sangat mengecewakan orang tua ku, mungkin karena saat itu aku selalu terfikirkan tentang kesehatan ayahku dan aku sangat menyadari bahwa itu sangat menggangu fikiranku saat menghadapi Ujian Akhir Sekolah.

Setahun sudah ayahku dirawat jalan di Singapura, keadaan nya pun mulai membaik. Aku sangat senang sekali mendengar kabar bahwa ayahku akan kembali ke Bandar Lampung. Dan kehidupan ku pun mulai kembali kondusif.

Saat aku memasuki Sekolah Menengah Atas, aku bertemu seorang wanita yang sangat pintar di kelas, dan aku pun sangat tertarik untuk mendekatinya. Aku berfikir mungkin jika aku menjadi kekasihnya akan sangat memotivasiku untuk semakin giat belajar. Dan aku pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku, dan akhirnya dia menerimaku untuk menjadi kekasihnya.

Aku menjalani hari-hariku dengan berkompetisi nilai dengan nya, dan aku sangat menikmati persaingan itu, tetapi sayangnya aku selalu kalah dalam persaingan tersebut, walaupun hanya berbeda sedikit. Tepat disaat pembagian rapor ternyata aku mendapatkan rangking kedua dan dia mendapatkan rangking pertama. Aku, dia, dan temannya menghadap kepala sekolah untuk membicarakan tentang beasiswa yang ditawarkan untuk kami, dan kami pun langsung menerimanya dengan senang hati, aku sempat menjuarai sebuah kejuaraan  speech antar sekolah yang diselenggarakan sebuah universitas, aku mendapatkan juara pertama dalam kejuaraan berpidato berbahasa inggris tersebut, itu semua berkat ibu dan kekasihku yang selalu ada untuk memotivasi diriku.

Selang beberapa hari disaat aku mendapatkan berita baik tersebut, ternyata aku mendapatkan berita buruk yang sangat memukul hatiku, ayahku meninggal dunia dikarenakan penyakitnya yang sudah  sangat kronis. Saat itu aku mengalami depresi dan shock yang berkepanjangan. Aku sangat menyesal, mungkin dahulu aku belum sempat membalas budi yang telah ayahku berikan selama ini.






Aku bercerita kepada ibu dan kekasihku yang selalu berada disampingku untuk selalu memotivasi agar tidak terjerumus kedalam lubang hitam. Aku sangat bersyukur memiliki orang-orang yang masih sangat perduli akan diriku.

Mungkin aku hanya mempunyai satu orang tua lagi, tetapi itu akan sangat memotivasiku untuk membahagiakannya kelak seperti apa yang mereka inginkan. Aku akan menjadi orang sukses untuk membalas budi, membahagiakan, dan tidak akan mengecewakan mereka untuk kedua kalinya. Aku sangat menjaga hati seorang wanita, karena wanita lah yang memotivasi dibalik kesuksesan seorang pria.

Satu kata untuk kalian yang ingin mengejar impian dan cita-cita kalian, “motivasi” diri kalian agar semua dapat terwujud seperti yang kalian harapkan, dan bahagiakanlah orang-orang yang telah memotivasi diri kalian.


Selasa, 05 November 2013

"HAL BODOH DAN PELAJARAN"

Sebuah pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian itu, harapan maya yang kusimbolkan untuk sebuah perubahan, itu tak seperti yang kau fikirkan, aku tak sebodoh yang kau anggap, itu bukan diriku, melainkan hanyalah iblis yang menggelayuti nafsuku, aku yakin ini hanyalah hikmah dari suatu pelajaran, dan aku yakin setiap kejadian pasti ada tujuan.
Dan satu hal lagi "SETIAP KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAN"

"LANGKAH DALAM DIAM"


Malam ini sekali lagi kami harus rela menahan lelah
Meninggalkan resah dan melepas gairah

Karena kami harus segera berangkat ke langgar sajadah
Menghatamkan percakapan-percakapan suci dengan Tuhan
yang tak henti kami rindukan kedatangan-Nya

Waktu yang terpaku di balik asbes
Mengintip gemeretak hati kami yang lalai mengucap basmalah
Kecuali hanya ketersediaan cinta membakar dada
:Kami mencintai-Mu sekaligus mengharap-Mu hadir
sebagai kegaiban atau kebenaran.
Meski selalu ada yang belum selesai kami pertanyakan pada guru
Tentang kebesaran dan keagungan-Mu, tapi kepada yang berdiam di balik keyakinan
Selalu kami pasrahkan segala langkah-langkah rahasia ini
Sampai cerita ini berakhir dengan salam perpisahan.

Tuhan, bila ada sesuatu belum mampu kami terjemahkan pada kesederhanaan

Kedatangan-Mu adalah jawaban dari semua harapanku

Kamis, 31 Oktober 2013

“POLITIK TIKUS”




Kami...
Kami sudah muak dengan semua ini
Politik tikus yang semakin merajalela
Kongkalikong katanya...

Kau...
Apa kau tidak malu memakai safari
Kesana kemari menggunakan mercy
Dengan menggunakan uang-uang kami...

Sedangkan kau...
Kau hanyalah tukang jagal
Bertoga dan bewibawa katanya
Sama saja dengan dia...

Tapi kalian...
Kalian hanyalah seonggok daging yang mengatur negeri ini
Dengan gelar bak kereta spoor
Layaknya tikus rakus berdasi yang berkompetisi

DASAR RAKUS...
DASAR TIKUS...

"PERJUMPAAN SIA-SIA"




perjumpaan sia-sia yang pernah kita alami

pada jejak matahari kemarin pagi

mengalirkan mata air di kawah suci

di lembah bumi kita ini



setelah berapa banyak waktu

kita lipat dalam buku harian masa lalu

tanpa harus ada senja

yang mempertemukan matahari dengan bulan

di lambung lautan



hingga pada telunjuk jarum jam berwarna kelabu

bilah waktu yang selalu kita tunggu

tapi tak pernah terbakar oleh api nafsu

pertemuan abadi bulan dan bintang

tangisan yang tak pernah kita pikirkan

semuanya terangkum dalam percakapan sunyi kerinduan

"KUPU-KUPU"



mengetahui ada tulisan cinta di lembaran suci
pintu hatimu
tiada lagi kuhiraukan sapa angin
percakapan sunyi dengan bunga
kutinggalkan saja dalam kesepian malam
 
Oh, kupu-kupu
di sini ada madu
di dada penyair malam yang sarat dengan masa lalu
almari hati kusam warna kelabu penuh debu
jika ada waktu musim hujan kini singgahlah di rumahku

Oh, kupu-kupu
ada bunga mekar harum parfummu
tumbuh di halamanku
sebuah pintu lusuh berwarna biru
sendu menunggu kedatanganmu

Pageviews

BisikanAlamRaya@2014. Diberdayakan oleh Blogger.